Tuesday, August 09, 2011

#SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA#

Oleh :
Emha Ainun Najib
Satu

Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi Karena sejati

Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta’ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gampang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya

Lima
Masjid ruh kita bawa ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majsid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita

Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya

Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat

Delapan
Bahkan seribu masjid, sejuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah

Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!

Wednesday, September 01, 2010

ramadhan oh ramadhan.

banyak orang menanti kedatanganmu
setelah datang ternyata banyak orang yang mensia-siakanmu

ketika semua orang berpuasa
masih banyak orang yang makan dengan santainya di siang hari.

ketika orang berbondong sholat taraweh,
banyak yg lebih asyik dengan dunianya


ketika suara lantunan ayatMU bersautan di surau-surau,
banyak orang yg lebih asyik membicarakan orang lain..

ketika banyak orang duduk beriktikaf di malam terakhirmu
banyak orang yg sibuk belanja untuk baju baru di lebaran.


ya ROBB,
jadikanlah malam-malamku, malam yg penuh dengan rahmatMU
penuh dengan ampunanMu,

jadikanlah hamba yg tidak hanya berburu nikmatMU di ramadhan,
jadikanlah hati kami, hati-hati yang selalu merindukan perjumpaan denganMU.
jadikanlah nafas kami, nafas-nafas yg selalu berzikir kepadaMU.
jadikanlah prasangka kami, prasangka-prasangka yang selalu baik kepadaMU
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang ada di jalan yang lurusMU.

doer...
renungan di malam ganjil ramadhan

Monday, August 24, 2009

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi bin Kyai Utsman Al-Ishaqi

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi bin Kyai Utsman Al-Ishaqi

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi merupakan putera dari Kyai Utsman Al-Ishaqi.
Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya. Kelurahan
Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Di atas tanah
kurang lebih 3 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah yang diasuh Kiai
Ahmad Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy. Nama Al-Ishaqy dinisbatkan kepada
Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kiai Utsman masih keturunan Sunan
Giri.

Jika dirunut, Kiai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra Kiai Utsman
Al Ishaqi. Namanya dinisbatkan pada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri. Karena
Kiai Utsman masih keturunan Sunan Giri. Kiai Utsman berputra 13 orang.

Berikut silsilahnya:

Ahmad Asrori Al Ishaqi è Muhammad Utsman è Surati è Abdullah è Mbah
Deso èMbah Jaranga
è Ki Ageng Mas è Ki Panembahan Bagus è Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana
èPanembahan Agung Sido Mergi
è Pangeran Kawis Guo è Fadlullah Sido Sunan Prapen è Ali Sumodiro è Muhammad
Ainul Yaqin Sunan Giri è Maulana Ishaq è Ibrahim Al Akbar è Ali Nurul
Alam èBarokat Zainul Alam
è Jamaluddin Al Akbar Al Husain è Ahmad Syah Jalalul Amri è Abdullah
Khan èAbdul Malik
è Alawi è Muhammad Shohib Mirbath è Ali Kholi' Qasam è Alawi è Muhammad èAlawi
è Ubaidillah è Ahmad Al Muhajir è Isa An Naqib Ar Rumi è Muhammad An
Naqib èAli Al Uraidli
è Ja'far As Shodiq è Muhammad Al Baqir è Ali Zainal Abidin è Hussain Bin Ali
è Ali Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.

Semasa hidup, Kiai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah. Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai
tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya
bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat
serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun
1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan
kedudukan mursyid ayahnya. Ketokohan Kiai Asrori berawal dari sini.

Konon, almarhum KH. Utsman adalah salah satu murid kesayangan KH. Romli
Tamim (ayah KH. Musta'in) Rejoso, Jombang, Jawa Timur. Beliau dibaiat
sebagai mursyid bersama Kiyai Makki Karangkates Kediri dan Kiai Bahri asal
Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta'in (sekitar tahun 1977), beliau
mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo Surabaya.

Maka, jadilah Sawah Pulo sebagai sentra aktifitas thariqah di kota
metropolis di samping Rejoso sendiri dan Cukir Jombang. Sepeninggal Kiai
Utsman, tongkat estafet kemursyidan kemudian diberikan kepada putranya, Kiai
Minan, sebelum akhirnya ke Kiai Asrori (konon pengalihan tugas ini
berdasarkan wasiat Kiai Utsman menjelang wafatnya). Di tangan Kiai Asrori
inilah jama'ah yang hadir semakin membludak. Uniknya, sebelum memegang
amanah itu, Kiai Asrori memilih membuka lahan baru, yakni di kawasan
Kedinding Lor yang masih berupa tambak pada waktu itu.

Dakwahnya dimulai dengan membangun masjid, secara perlahan dari uang yang
berhasil dikumpulkan, sedikit demi sedikit tanah milik warga di sekitarnya
ia beli, sehingga kini luasnya mencapai 2,5 hektar lebih. Dikisahkan, ada
seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya raya bersedia membantu
pembangunan masjid dan pembebasan lahan sekaligus, tapi Kiai Asrori
mencegahnya. "Terima kasih, kasihan orang lain yang mau ikutan menyumbang,
pahala itu jangan diambil sendiri, lebih baik dibagi-bagi", ujarnya.

Kini, di atas lahan seluas 2,5 hektar itu Kiai Asrori mendirikan Pondok
Pesantren Al Fithrah dengan ratusan santri putra putri dari berbagai pelosok
tanah air. Untuk menampungnya, pihak pesantren mendirikan beberapa bangunan
lantai dua untuk asrama putra, ruang belajar mengajar, penginapan tamu,
rumah induk dan asrama putri (dalam proses pembangunan) serta bangunan
masjid yang cukup besar.

Itulah Kiai Asrori, keberhasilannya boleh jadi karena kepribadiannya yang
moderat namun ramah, di samping kapasitas keilmuan tentunya. Murid-muridnya
yang telah menyatakan baiat ke Kiai Asrori tidak lagi terbatas kepada
masyarakat awam yang telah berusia lanjut saja, akan tetapi telah menembus
ke kalangan remaja, eksekutif, birokrat hingga para selebritis ternama.
Jama'ahnya tidak lagi terbatas kepada para pecinta thariqah sejak awal,
melainkan telah melebar ke komunitas yang pada mulanya justru asing dengan
thariqah.

Walaupun tak banyak diliput media massa, namanya tak asing lagi bagi
masyarakat thariqah. Namun demikian, sekalipun namanya selalu dielu-elukan
banyak orang, dakwahnya sangat menyejukkan hati dan selalu dinanti, Kiai
Asrori tetap bersahaja dan ramah, termasuk saat menerima tamu. Beliau adalah
sosok yang tidak banyak menuntut pelayanan layaknya orang besar, bahkan
terkadang ia sendiri yang menyajikan suguhan untuk tamu.

Tanda tanda menjadi panutan sudah nampak sejak masa mudanya. Masa mudanya
dihabiskan untuk menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur
dan Jawa Tengah. Kala itu Kiai Asrori muda yang badannya kurus karena banyak
tirakat dan berambut panjang memiliki geng bernama "orong-orong", bermakna
binatang yang keluarnya malam hari. Jama'ahnya rata-rata anak jalanan alias
berandalan yang kemudian diajak mendekatkan diri kepada Allah lewat ibadah
pada malam hari. Meski masih muda, Kiai Asrori adalah tokoh yang kharismatik
dan disegani berbagai pihak, termasuk para pejabat dari kalangan sipil
maupun militer.

Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara
mudah. Banyak pengikut Kiai Utsman yang menolak mengakui Kiai Asrori sebagai
pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa para penolak itu, pada
tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk
melakukan baiat kepada Kiai Sonhaji. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana
sikap Kiai Asrori terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kiai
Arori tak surut. Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah
pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan
pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga menggagas Al-Khidmah,
sebuah jamaah yang sebagian anggotanya adalah pengamal tarekat Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah ini menarik karena sifatnya yang
inklusif, ia tidak memihak salah satu organisasi social manapun. Meski
dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan pejabat negara, majelis-majelis yang
diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa
muatan-muatan politis yang membebani. Kiai Asrori seolah menyediakan
Al-Khidmah sebagai ruang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh
perjalanan mendekat kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya.
Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini
diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di banyak provinsi di
Indonesia, hingga Singapura dan Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya
yang luar biasa, Kiai Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia
dapat dari ayahnya. Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia
bayangkan.

Kiai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam dan
kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur katanya lembut namun
seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya. Menurut
keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan
keistimewaan-keistimewaan. Mondhoknya tak teratur. Ia belajar di Rejoso satu
tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu tahun. Di Rejoso ia malah tidak
aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal itu dilaporkan kepada pimpinan
pondok, Kiai Mustain Romli, ia seperti memaklumi, "biarkan saja, anak macan
akhirnya jadi macan juga." Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat
mengherankan, Kiai Asrori mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya' Ulum
al-Din karya Al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar
biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar
semacam itu sering disebut ilmu ladunni (ilmu yang diperoleh langsung dari
Allah SWT). Adakah Kiai Asrori mendapatkan ilmu laduni sepenuhnya adalah
rahasia Tuhan, wallahu a'lam. Ayahnya sendiri juga kagum atas kepintaran
anaknya. Suatu ketika Kiai Utsman pernah berkata "seandainya saya bukan
ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya." Barangkali itulah yang mendasari
Kiai Utsman untuk menunjuk Kiai Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain
yang lebih tua) sebagai penerus kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah padahal saat itu Kiai Asrori masih relatif muda, 30 tahun. []

Disadur dari berbagai sumber.

Thursday, July 10, 2008

HInga Akhir Waktu

Hanya kepadaMu
dan hanya untukMU
CINTAKU

Hingga Akhir Waktu.

ku akan menunggu waktu itu,
disini tuk berusaha mencintaiMu
'n tuk dapatkan CintaMu

Monday, February 12, 2007

KETIKA

ketika ku tak melihat,
ketika ku tak mendengar,
ketika ku tak bernafas dan
ketika ku tak lagi berbicara,

ketika nafsuku telah kukuasai,
ketika aku bisa merasakan kepasrahanku,
ketika aku bisa meletakkan egoku
ketika tabir - tabir itu telah tersingkap dan
ketika itu harusnya Aku bisa menatapMU.

ketika itu yang kuhadapi hanya gelap gulita, maka
ada apa dengan diriku

Apa Kau tak mau menemuhiku atau Kau ingin menguji kesabaranku.
tapi apapun hasilnya, ku yakin Kau selalu bersamaku,
beri aku kenikmatan selalui bisa merasakan kehadiranMu,
beri aku selalu kesempatan agar selalu bisa menemuiMu dan
beri aku sedikit cintaMu.

Friday, November 10, 2006

sang nelayan.

suatu hari aku berjalan di tepi pantai tuk mencari mutiara.
kujalani sepanjang pantai,
kulihat seberkas kemilau di ujung sana,
kuhampiri kau, ternyata kau bukan mutiara
kau hanya pacahan botol.
yang hanya memantulkan sinar.

kucari berbagai ilmu tentang mutira.
yang ku tau hanya gambaran dan itu maya.
semakin kucari semakin ku penasaran

akhirnya ku bertemu dengan seorang nelayan
beliau mengajakku ketengah lautan
mengajarkanku tentang ilmu menyelam
mengajariku tentang mutiara
MUTIARA diatas mutiara.
sesuatu yang tak ternilai harganya

nelayan tersebut berkata
kalau kau ingin tau tentang MUTIARA,
Maka temui DIA biar engkau tidak berkhayal tentangNya.

setelah sang nelayan mengajariku tentang menyelam.
mengajariku bagaimana menutup pintu-pintuku
untuk menyelami samudraNya.
biar aku tidak tenggelam.

akhirnya ku temukan Mutiara itu
yang ada hanya ketakjuban.
akhirnya ku tenggelam dalam kediaman
tanpa bisa berkata.
yang ada Hanya akhirnya ku menemukanmu.

kini sang nelayan itu menjadi pembingku dalam menyelam
beliau hanya berpesan perbanyaklah menyelam.

jangan pernah kau lupa cara menyelam
semakin banyak kau menyelam
semakin jauh samudra yang kan kau jelajahi
dan semakin paham kau tentang Mutiara.

bapak Nelayan satu kata yang ingin ku ucap
TERIMA KASIH

andai

andai hari ini kau dapat rejeki 2 milyar
masih kah kau bisa berzakat ?

andai gajimu hari ini dinaikkan 2 kali lipat
akankah kau puas ?

andai hari ini kau terbaring di rumah sakit
apakah kau masih bisa tersenyum?

andai hari ini tetanggamu tidak dapat merasakan nikmatnya makan nasi,
apakah kau mengetahuinya ?

andai ini hari terakhirmu,
masihkah kau kan menunda sholatmu ?

andaikau tau semua rahasia di balik semua musibah yangmenempamu
akankah kau masih meratapinya?

oh andai.
andai kau tau apa yang akan terjadi di masa depanmu
akan kah kau berani menghadapinya?

andai oh andai,
aq takut tuk berandai

aku hanya ingin perbanyak jam terbangku
mengelilingi langitMu

aku hanya ingin perbanyak menyelam
di samudra Mu

hingga aku tak ingin lagi berandai
hingga aku bisa membaca semua rahiamu dari Mu

dari hamba yang takut untuk berandai.

Tuesday, October 17, 2006

Surga dan Neraka ?

Oh Surga
semua pasti menginginkanmu
semua berlomba-lomba tuk dapatkanmu
walaupun kau semu, tapi gambaranmu tertulis di KitabNya.
tapi kenapa banyak orang yang menjauhi jalan menujumu.

Oh neraka,
semua orang tak inggin mendapatkanmu
tapi kenapa ?
banyak orang menuju ke sana.
mereka bahkan berlari menuju jalanmu

ku taksanggup bila menerima siksa NerakaMu
tapi pantaskah aku berharap SurgaMu.

Jika Ibadahku mengharapkan SurgaMu,
pantaskah aku mendapatkannya ?
jika ibadahku karena takut nerakaMu,
pantaskah aku Kau jauhkan dari siksanya ?

Jika memang surga dan neraka Tak pernah ada
masihkah manusia beribadah KepadaMU.

Oh surga, oh Neraka
aq tak tau dimanakah kelak akukan merasakan kalian

Ya Robb, Jadikan ibadahku hanya karena Cinta kepadaMu
dan bukan karna surga dan nerakaMu.
ku tak ingin menduakanMu dengan surga atau nerakaMu.
yang kuinginkan hanya cinta dan Ridho-Mu.

Ya Robb,
jadikan hati kami sebagai hamba yang slalu merindukan
dan mencitaiMu.